Menang Debat, Kalah Elektabilitas (Otak Atik Ghatuk Ramalan Joyoboyo)

Oleh : H. Navarin Karim

Setelah debat wakil Presiden dan turun podium, pemenang debat ketika itu oleh beberapa kalangan pengamat Nasional, bahkan pengamat luar negeri menganggap” Gibran Raka Buming Raka.

Namun belum sampai seminggu, bahkan dua atau tiga setelah debat muncul pandangan negative (stigma) yang mengatakan bahwa Gibran curang dan culas.

Curang dengan anggapan ia menggunakan alat pendengar yang mampu menerima sumbangan suara bahkan jawaban dari eksternal.

Terungkap pula ia menggunakan set box di belakang pinggangnya.

Selain itu ia juga dianggap culas. Kata culas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti curang, tidak jujur dan tidak lurus hati.

Tidak jujur tergambar dari data yang disajikan : kunjungan wisata saat lebran lebih banyak Solo ketimbang Yogyakarta.

Tidak lurus hati, tergambar dari pertanyaan yang menggunakan singkatan yang sangat teknis yaitu SGIE terhadap cak Imin dan terhadap Machfud MD tentang regulasi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon yang ia gunakan dengan istilah Carbon Capture and storage. Istilah ini dianggap tidak relevan dengan tema debat.

Ramalan Joyoboyo

Sebenarnya penulis tidak begitu percaya (believe or not) dengan ramalan yang beredar, namun setelah terbukti (dassein), coba dilogikakan dengan seharusnya (dassolen) terjadi.

Pernah ketika terpilih Susilo Bambang Yoedoyono (SBY) sebagai presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Ada ramalan nama Presiden Indonesia berkisar dari akronim Notonegoro.

No berarti Soekarno, To berarti Soeharto, Ne berarti tresnaNe (Habibie/yang disayang), Go berarti Goesdur dan Ro berarti Megawati Soekarno PuteRo).

Ini yang disebut dengan Ilmu Gathok dalam istilah Jawa. Selanjutnya kembali ke No yaitu Soesilo Bambang YoedoyoNo. Ini sejalan dengan ramalan almarhumah Mama Lauren jelang pergantian tahun 2023 ke tahun 2024 (malam tahun baru).

Dia mengatakan Presiden Indonesia tahun 2024 adalah seorang TNI yang melepaskan baju lorengnya. Itulah Presiden Susilo Bambang Yoedoyono.

Kemudian tahun 2014 ramalan ini tidak berlanjut. Muncul ramalan tentang kriteria calon Presiden tahun 2014 yang masih merupakan ramalan Joyoboyo yakni : Pada suatu masa nanti bekas kerajaan Majapahit akan lebih adil dan makmur apabila dipimpin oleh anak yang lahir di dekat gunung Lawu , rumahnya dipinggir sungai, masa kecilnya susah tukang cari kayu, badannya kurus seperti Kresna , wataknya keras kepala seperti Baladewa, kalau memakai baju tidak pantas, ada tahi lalat di pipi kanannya dan mempunyai pasukan yang tidak kelihatan.

Ia adalah Jokowi. Setelah Jokowi, menurut Prabu Jayabaya mengungkapkan berdasarkan ramalan Joyoboyo ada tiga ciri dominan calon Presiden RI tahun 2024 yaitu : ia keturunan/trah Soekarno, memiliki tenaga emas (gold), postur seperti Jokowi. Tidak lain adalah adalah Ganjar Pranowo.

Tenaga emas, kita lihat ia seperti tidak pernah capek melakukan jalan santai dengan masyarakat. Postur tinggi dan kurus memang mirip Jokowi.

Otak Atik Ghatuk

Ghatuk dalam bahasa Jawa diartikan ngawur dihubungkan logika. Melihat trend yang terjadi sebahagian masyarakat mulai menyadari adanya istilah curang dan culas terhadap Gibran Raka Bumi Raka.

Dampaknya tentu dapat berpengaruh dengan elektabilitas Prabowo/Gibran. Prediksi elektabilitas akan semakin menurun jelang pemilihan, diperkuat dengan hasil survey Litbang Kompas terkini makin memperteguh ramalan Joyoboyo yang dikemukakan Prabu Jayabaya.

Hasil Penelitian menunjukkan 11,3 % merubah pikirannya, 66 % tidak merubah pikiran dan 22 % tidak tahu. Hasil survey 6 lembaga Penelitian, hanya penulis ambil dari satu hasil survey terbaru Litbang Kompas sebagai berikut : elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 39,3 % Anies Cak Imin 16,7 % dan Ganjar 15,3%. Jika sampai putaran pertama tidak ada pasangan yang memperoleh suara 51 %, maka akan terjadi putaran kedua.

Masih ada beberapa kali lagi debat capres dan masih ada waktu lebih kurang 6 minggu lagi jelang pemilihan Presiden wakil Presiden. Walau sekarang Ganjar/Machfud urutan ketiga, tidak tertutup kemungkinan suara Prabowo/Gibran beralih ke Ganjar dan Anies, Ganjar jadi urutan ke dua.

Ditambah lagi hasil survey menunjukkan pula Machfud MD dianggap paling menguasai persoalan debat.

Ada pula yang berpendapat seharusnya PDIP menempatkan Machfud MD sebagai calon Presiden dan Ganjar sebagai calon Wakil Presiden, mengingat persoalan utama Demokrasi di Indonesia adalah lemahnya penegakan hokum.

Beliau dapat julukan pendekar hukum. Faktor beliau sebagai wakil bisa sebagai pendulang suara, ditambah mesin politik PDI Perjuangan, karena keterwakilan PDI Perjuangan terbesar di legislative.

Itu pula sebagai penguatan pengamatan dari luar negeri juga memprediksikan Ganjar akan menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2024.

Otak atik gatuk penulis lain lagi. Jika terjadi dua putaran, maka Anies bergabung ke Ganjar/Machfud MD, maka ramalan Joyoboyo akan terbukti.

Anies Baswedan agak sulit mendapat suara terbanyak kedua, walaupun saat ini posisi hasil survey urutan ke dua.

Alasannya dominasi DPT di Jawa lebih banyak ketimbang luar pulau Jawa dan kecenderungan lebih banyak akan memilih calon Presiden dari suku Jawa.

Jika Ganjar jadi Presiden, ada pula yang mengatakan ibu Megawati Soekarno Puteri akan semakin sombong.

Jika prediksi ini tidak terbukti, maklum saja karena hanya otak atik ngawur yang dilogikan dengan akal sehat.

*) Penulis adalah dosen senior Prodi Ilmu Politik dan Pemerintahan Unja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *